Pertumbuhan dan
Pertambahan Penduduk
A.
Landasan
Pertumbuhan
penduduk saat ini semakin meningkat dari waktu ke waktu, dan itu menjadi isu
yang sangat popular dan mencemaskan bagi negara-negara di dunia. Tak terkecuali
Indonesia hal ini menjadi masalah besar dibandingkan negara lain, pertumbuhan
penduduk akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, maupun
budaya terutama peningkatan mutu kehidupan atau kualitas penduduk dalam sumber
daya manusia yang dibarengi besarnya jumlah penduduk yang tidak terkontrol.
Semuanya terkait penyediaan anggaran dan fasilitas kesehatan, pendidikan serta
ketersediaan pangan.
Pengaruh
pertumbuhan penduduk yang cepat dan tidak terkendali juga secara langsung dapat
dirasakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Keluarga dengan jumlah anak
banyak, dan tidak terencana tentunya banyak menjadi beban dan muncul banyak
permasalahan dibanding keluarga yang jumlah anaknya sedikit dan
terencana. Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif
melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial
dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya
kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.
Kota
merupakan tempat bermukim penduduk serta menjadi tempat penyedia pelayanan umum
(Sinulingga, 2005). Menurut Charles Colby, (dalam Yunus, 2000) mengemukakan
bahwa, dari waktu - ke waktu kota berkembang secara dinamis dalam artian selalu
berubah dari waktu ke waktu, dan demikian pula pola penggunaan lahannya.
Perkembangan (fisik) ruang merupakan manifestasi spasial dari pertambahan
penduduk sebagai akibat dari meningkatnya proses urbanisasi maupun proses
alamiah (melalui kelahiran), yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan
pemanfaatan ruang serta perubahan fungsi lahan.
Terkonsentrasinya
kegiatan ekonomi seperti pusat perdagangan dan jasa mengakibatkan munculnya
konsentrasi permukiman penduduk yang juga terpusat di dekat lokasi tersebut.
Seiring dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan lahan kota terutama untuk
keperluan tempat tinggal dimana sektor ini merupakan sektor kegiatan kota yang
dianggap tidak komersil dan tidak memberikan keuntungan ekonomi, maka untuk
memenuhinya akan mencari lokasi yang harga lahannya relatif masih murah serta
masih dapat dijangkau dengan moda transportasi yang ada, dan lokasi tersebut
pada umumnya terletak di pinggiran kota. Dikatakan oleh Yunus (2000:125) bahwa,
oleh karena kertersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka secara
alamiah terjadi pemilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan ruang untuk
tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di
daerah pinggiran kota.
B. Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu
tertentu dibandingkan waktu sebelumnya Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk
adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi masuk yang artinya
menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah mengurangi jumlah
penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang itu tinggal kurang
ada fasilitas yang memadai.
Negara
Indonesia merupakan negara yang besar dan beraneka ragam etnis serta budaya.
Kemajuan negara sesungguhnya tergantung kepada tingkat pendidikan di negara
tersebut, kualitas serta mutu pendidikan yang tinggi dapat menjadi jaminan
untuk kemajuan dan kesejahteraan negara. Di tengah pertambahan jumlah penduduk
yang semakin tidak terkontrol membuat peningkatan kualitas di dunia pendidikan
merupakan pilihan yang harus dikedepankan. Perombakan sistem ketransmigrasian
juga akan mendukung pemerataan penduduk.Jadi, peningkatan kualitas Pendidikan
dan keefektifan pola transmigrasi dapat memperbaiki kuterpurukan
dalam mengurus kepadatan penduduk yang semakin hari kian membludak.
Semua
orang yang mendiami wilayah Indonesia disebut penduduk Indonesia. Berdasarkan
sensus penduduk yang diadakan setiap 10 tahun sekali, diperoleh data jumlah
penduduk Indonesia sebagai berikut: Tahun 1961 = 97,1 juta jiwa, Tahun 1971 =
119,2 juta jiwa, Tahun 1980 = 147,5 juta jiwa,tahun 1990 = 179.321.641 juta
jiwa, Tahun 2004 = 238.452 juta jiwa. Sensus penduduk (cacah jiwa) adalah
pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyebarluasan data kependudukan. Jumlah
penduduk ditentukan oleh faktor angka kelahiran, angka kematian, dan
perpindahan penduduk (urbanisasi, migrasi).
C. Pertambahan Penduduk dan Lingkungan
Pemukiman
Masalah
permukiman di Indonesia, terutama untuk wilayah perkotaan pada umumnya
disebabkan karena adannya jumlah penduduk yang relatif meningkat dari tahun
ketahun, sebagaimana negara-negara yang sedang berkembang, masalah permukiman
merupakan salah satu faktor penghambat bagi suatu daerah dalam usaha
peningkatan mutu kualitas lingkungan fisik permukiman dimana pertumbuhan
penduduk yang tinggi, baik yang disebabkan oleh pertumbuhan secara alami maupun
oleh urbanisasi yang tidak terkendali akan menyebabkan menurunnya kualitas
lingkungan fisik permukiman yang ada. Pada dua dasa warsa ini terahir, menurut
data statistik, pertumbuhaan penduduk daerah perkotaan lebih dari 5 % pertahun,
dengan jumlah penduduk tahun 2005 daerah perkotaan mencapai 55 juta jiwa, hal
ini disebabkan oleh faktor urbanisasi (BPS, 2005). Tingginya kepadatan penduduk
di kota ini disebabkan karena kota merupakan pusat kegiatan manusia yang
menawarkan berbagai kesempatan yang lebih baik dan besar dari pada di daerah
pedesaan. Tidak mengherankan jika banyak penduduk pedesaan yang melakukan
migrasi ke kota untuk memperbaiki kehidupanya. Sebagai akibatnya maka laju
pertumbuhan penduduk kota berlangsung sangat cepat. Hal inilah yang menimbulkan
berbagai masalah dalam pengadaan dan penataan ruang untuk permukiman,
pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi, industri, olahraga dan ekonomi
(Sutanto, 1995). Rumah sebagai suatu bentuk tempat tinggal adalah salah satu
kebutuhan primer bagi manusia. Manusia sebagai mahluk sosial akan cenderung
untuk memilih bergabung dengan orang lain dalam menentukan lokasi tempat
tinggalnya, hal ini menyebabkan akan terbentuk kawasan yang terdiri dari
rumahrumah dengan jarak yang relatif berdekatan dan membentuk kelompok-kelompok
tempat tinggal yang disebut permukiman. Seseorang yang ingin tinggal pada suatu
rumah selalu akan mempertimbangkan beberapa faktor untuk mendapatkan kenyamanan
atau kemudahan, diantaranya adalah keadaan rumah dan keadaan lingkungan
sekitarnya.
Permukiman
kota adalah suatu lingkungan yang terdiri dari perumahan tempat tinggal manusia
dilengkapi dengan sarana prasarana sosial, ekonomi, budaya dan pelayanan
merupakan sub sistem kota secara keseluruhan. Gejala perubahan permukiman umum
yang sering dijumpai pada wilayah perkotaan disebabkan oleh dua hal: 1) Karena
pertambahan penduduk kota; dan 2) Perubahan dan pertumbuhan kegiatan masyarakat
kota serta meningkatnya kebutuhan hidupnya (Musiyam, 1994). Komposisi penduduk
yang heterogen, kemajuan teknologi dan pendidikan serta kemajuan bidang sosial
ekonomi, kesemuanya itu menyebabkan kota bertambah besar dan semakin
berkembang. Hal ini menyebabkan diperlukan penanganan dan penataan yang
berkesinambungan agar kegiatan kota tetap lancar dan tidak menimbulkan
kemerosotan kualitas lingkungan fisik.
D. Pertumbuhan
Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Negara
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk melaksanakan
pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat, karena
kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya fasilitas
secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan penduduk
yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan atau perimbangan antara
pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh
karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit
sekali. Hal ini disebabkan karena :
1. Tingkat
kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
2. Besarnya
anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
3. Pendapatan
perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat memenuhi Kebutuhan
hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak
yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
1. Rendahnya
penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara
maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia
besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2. Rendahnya
tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang
baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini
apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
E. Pertumbuhan
Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Keadaan
kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat
perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air
limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan
dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit. Jumlah
penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani
masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di
sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi
masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau
dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik
uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap
dapur.
Indonesia
saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi
menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang
meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti
penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan
status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Pertumbuhan Penduduk yang tidak
merata tersebut sangat berpengaruh dengan lingkungan, penduduk yang tinggal
dipemukiman yang sembarangan akan mengakibatkan lingkungan yang tidak bersih.
Lingkungan yang tidak dijaga akan mengakibatkan penyakit yang dapat mengacam
kesehatan manusia, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan adalah
Malaria, Muntaber, Penyakit Kulit, Tifus, dll. Seperti banjir, polusi air, dan
polusi udara adalah faktor yang mengakibatkan terjadinya penyakit.
F.
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
Masalah
kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah kompleks dan saling
terkait. Diperlukan upaya jangka pendek dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
sinergis dengan upaya jangka panjang sehingga mampu memberdayakan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Hal itu disampaikan Menkes, dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger
Walk the World 2010, di Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar
12.000 peserta. Hadir dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan
dimeriahkan juga oleh para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan
Bank BNI. Selanjutnya dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan MDGs
terkait upaya peningkatan kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada tahun
2015 setiap negara harus berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah
penduduk miskin dan kelaparan.
Menurut
laporan Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat sekitar 907 juta
penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan pangan. Diperkirakan 10.9
juta anak balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh kekurangan gizi
mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak balita (3.2 juta) menderita
kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Dalam
menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya melalui berbagai program,
seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan Rumah Pemulihan Gizi.
Gunanya untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita dengan gizi kurang
sehingga bisa cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas maupun di rumah
sakit, kata Menkes. Program Walk the World 2010 diselenggarakan setiap tahun,
serentak di seluruh penjuru dunia. Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak
jalan sejauh 5 km guna menggalang dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
program World Food Programme (WFP). Program ini diharapkan dapat membantu
masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang masih mengalami kekurangan pangan,
terutama pada kelompok anak balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan
gizi seimbang untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat.
G.
Kemiskinan dan Keterbelakangan
Kemiskinan
dan keterbelakangan merupakan dua hal yang saling berkaitan, karena kemiskinan
membuat diri kita tidak mampu mengikuti batas normal kehidupan yang menyebabkan
keterbelakangan dari orang lain. Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman
utamanya mencakup:
a. Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal
ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan
dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Sumber
:
Arsyad,
S. (1989). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Bintarto, R. (1977).
Pengantar Geografi Kota: UP. Spring
Branch,
Melville. (1995). Perencanaan Kota Komprehensif - Pengantar &
Penjelasan.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sinulingga,
Budi. (2005). Pembangunan Kota: Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta: Pustaka
Sinar harapan
Yunus,
Hadi Sabari. (2000).Struktur Tata Ruang Kota, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mantra,
I.B. (1992). Mobilitas Penduduk Sirkuler Dari Desa ke Kota di Indonesia, Pusat
Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada.
Abraham,
tanpa tahun, Problematika Pendidikan di Indonesia, tersedia
dihttp://abraham4544.wordpress.co m/umum/problematika-pendidikandi-indonesia/
Amich
Alhumami, (2003), Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi,
tersediadihttp://www.kompas.com/ kompascetak/0505/03/opini/172482 4.htm
Ari
A Perdana, (2005), Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan, tersedia di
http://www.antikorupsi.org/id/conte
nt/pendidikan-pertumbuhanekonomi-dan-pemerataan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar